Peringati Hari Kebangkitan Nasional, FOI Ajak Ibu Kembali Memasak dalam Pasar Rakyat Mustikarasa

Jakarta, 27 Mei 2023,- Peringati Harkitnas, FOI (Foodbank of Indonesia) gelar Kongres II
Jaringan Bank Pangan Indonesia. FOI (Foodbank of Indonesia) gandeng Deputi Kesetaraan
Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan
Badan Pangan Nasional (NFA), berbagai mitra usaha dan perwakilan ibu dari berbagai
daerah menyepakati kampanye bersama Dapur Mustikarasa, bertempat di Museum Bahari,
Jakarta Utara. Dapur Mustikarasa adalah sebuah gerakan para ibu di seluruh Indonesia
untuk memuliakan kembali kegiatan memasak bagi anak dan keluarga menggunakan bahan
pangan lokal dan rempah-rempah khas nusantara untuk gizi yang lebih baik.
Dalam membangun SDM yang unggul, masa 1000 Hari Pertama Kehidupan menjadi masa
yang menentukan. Ketercukupan pangan dan gizi memainkan peran yang penting dalam
tumbuh kembang generasi penerus. Namun, upaya ini menghadapi tantangan dengan
datangnya badai Covid-19, perubahan iklim, resesi global dan konflik, yang telah memicu
2022 sebagai tahun dengan krisis kelaparan paling rentan dalam sejarah modern (WFP,
2022). Di Indonesia, permasalahan pangan menyebabkan permasalahan gizi buruk pada ibu
dan anak. Menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting
menyentuh angka 21.6%, urutan ketiga setelah Myanmar (35%) dan Vietnam (23%) di
wilayah Asia Tenggara.
Jika ditelisik, permasalahan kelaparan pada anak di Indonesia dapat disebabkan karena dua
hal, yakni tiadanya akses pada pasar karena terbatasnya daya beli terhadap makanan
bergizi dan berubahnya preferensi pangan generasi masa kini, dimana membeli makanan
lebih dipilih dibandingkan mengolah makanan sendiri dari bahan sekitar. Pergeseran
preferensi ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan terhadap sumber pangan
dan rempah sekitar dan gaya hidup serba praktis.
Dapur Mustikarasa adalah sebuah kampanye yang diinisiasi FOI, melibatkan para ibu dan
pegiat kuliner di seluruh Indonesia untuk memerangi kelaparan dan meningkatkan gizi
keluarga khususnya dengan mengolah pangan berlebih dari sekitar serta pangan dan
rempah yang tumbuh di sekitar. Kampanye ini dilakukan secara kolaboratif bersama
multipihak sebagai mitra strategis, diantaranya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (KPPPA), Badan Pangan Nasional (NFA), Fakultas Teknologi Pertanian
UGM, PT Kaltim Nitrate Indonesia, JNE Express, dan Bank DBS Indonesia.
Lenny N. Rosalin, Deputi Bidang Kesetaraan Gender KPPPA mewakili menteri KPPPA,
dalam sambutannya menyampaikan pentingnya peran ibu dalam mencetak generasi
berkualitas melalui pangan, “Perempuan yang berdaya adalah kekuatan bagi kemajuan
bangsa. Sekitar 49,5% total penduduk Indonesia adalah perempuan. Jumlah ini menunjukan
bahwa perempuan adalah setengah dari kekuatan sumber daya manusia (SDM) bangsa ini.
Negara membutuhkan perempuan-perempuan yang mandiri dan berdaya untuk
meningkatkan kualitas SDM dan keluarga Indonesia. Perempuan menjadi aktor kunci dalam
pemenuhan pangan dalam keluarga mulai dari hulu sampai hilir,” tegas Lenny.
Ketahanan pangan harus diupayakan semua pihak dengan kolaborasi. Itu pula yang
diungkapkan Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) yang diwakili Bapak I Gusti Ketut
Iswara, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan mengungkapkan, “Food waste
adalah permasalahan yang harus kita selesaikan bersama, karena ada potensi dari pangan
berlebih yang kita hasilkan untuk mencapai ketahanan pangan. Selain itu, diversifikasi
pangan juga kita dorong dengan memanfaatkan pangan sekitar. Tentu perlu upaya berbagai
pihak dalam mewujudkannya.”
Pasar Rakyat Mustikarasa menghadirkan forum dialog pangan bersama para pakar dalam
Rembuk Mustikarasa, membahas potensi pangan dan rempah Indonesia untuk memerangi
kelaparan dan meningkatkan gizi anak dan keluarga. “Biodiversitas Indonesia sangat
beragam. Rasa tidak hanya 5 rasa dasar, tapi ratusan lebih yang diantaranya bersumber dari
rempah-rempah Indonesia. Setelah 7 tahun pidato Soekarno dalam peletakan batu pertama
di IPB tentang pentingnya pangan dalam hidup matinya suatu bangsa, ternyata masih
ditemukan kelaparan. Melihat hal ini, Soekarno menyusun buku Mustikarasa untuk
mendorong kegiatan memasak.” terang Prof. Ahmad Sulaeman, Guru Besar Pangan dan
Gizi IPB.
Tak hanya itu, aksi nyata dan upaya-upaya yang dilakukan para praktisi untuk menutrisi anak
bangsa dengan potensi pangan sekitar juga turut disuarakan untuk menjadi inspirasi dan
ajakan agar lebih banyak pihak berkolaborasi. Head of Sustainability PT Lion Super Indo,
Arya Kusumo mengatakan, “Pangan berlebih bisa dimanfaatkan agar hanya terbuang
sia-sia. Selama 5 tahun terakhir Super Indo telah berkolaborasi bersama Foodbank of
Indonesia dalam menyelamatkan pangan berlebih ini. Dapur Mustikarasa sangat dekat
koneksinya dengan apa yang didorong oleh Super Indo kepada konsumen, untuk berbelanja
bahan-bahan segar yang baik. Karena komitmen yang sejalan ini, hadir Dapur Bergerak
Mustikarasa sebagai sarana edukasi dan dapur pangan bergerak untuk mengajak ibu
mengolah makanan.”
Di pelataran museum, dibanjiri setidaknya 1000 orang pengunjung, seratusan UMKM hadir
menyajikan pangan segar maupun kuliner lokal dan kaya rempah yang menyehatkan dalam
Pasar Rakyat. Di tengah berbagai jajanan dan kuliner yang tak sehat, kehadiran UMKM
terpilih ini mengajak kita sebagai konsumen untuk memilih makanan yang baik dan sehat,
sekaligus melestarikan cita rasa asli Indonesia.
Foodbank of Indonesia berharap dengan adanya Pasar Rakyat Mustikarasa sebagai salah
satu rangkaian kampanye Dapur Mustikarasa, dapat menarik para ibu untuk kembali
memasak bagi keluarga, “Bung Karno bilang, di Indonesia mestinya tak ada kelaparan. Kita
punya banyak sumber pangan lokal, rempah-rempah yang melezatkan dan menyehatkan,
serta potensi pangan berlebih dari dunia usaha. 2/3 wilayah kita adalah laut yang kaya ikan
bergizi tinggi. Kita punya keanekaragaman umbi-umbian paling kaya di dunia. Sayur dan
buah lokal tumbuh di seluruh tanah Indonesia yang subur. Gerakan Dapur Mustikarasa
mengajak para ibu kembali memasak untuk anak dan keluarga dengan potensi tersebut,
menyiapkan gizi terbaik, karena memasak itu mulia dan menyenangkan. Ayo rempahkan
dapur kita.” ujar Hendro Utomo, pendiri Foodbank of Indonesia.