Berita

FOI Rilis Survei di 13 Kota : 23,6% Anak PAUD Mengalami Rawan Pangan

Jakarta, 7 Maret 2024 –  Foodbank of Indonesia (FOI) mengadakan kegiatan Dialog Media: Kelaparan Pada Anak PAUD pada Kamis (7/3) di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), dihadiri oleh Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan (KPPPA), Dr. Amurwani Lestariningsih, S.Sos, M.Hum, perwakilan Bappenas, Farras Kantias Hady, relawan, dan media. Dalam dialog ini, Dr. Risa Kolopaking, anggota Dewan Pakar FOI memaparkan Hasil Survei di 13 Kota dengan responden PAUD-PAUD peserta program Mentari Bangsaku, yaitu program bantuan pangan tambahan untuk anak sekolah. Hadir sebagai pembahas, Prof Ahmad Sulaiman, guru besar IPB yang juga Dewan Pakar FOI. Berdasarkan kajian Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia dengan jumlah 278,7 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk tersebut, Indonesia menempati peringkat ke-77 dari 125 negara dengan skor 17,6 yang tergolong tingkat moderat terkait kerawanan pangan dan kelaparan (Global Hunger Index, 2023). Tingkat moderat kerawanan pangan berpotensi menyebabkan berbagai bentuk masalah malnutrisi yang berdampak pada kesejahteraan individu, termasuk anak-anak yang merupakan kategori masyarakat rentan.  Foodbank of Indonesia (FOI) adalah organisasi nirlaba yang berdiri sejak 20 Mei 2015 dengan salah satu misinya adalah memerangi kelaparan pada anak-anak. Dalam praktiknya, FOI menjadi jembatan antara masyarakat yang kelebihan pangan dan yang kekurangan. Sejak 2017, FOI menjalankan program Mentari Bangsaku, yaitu program bantuan pangan tambahan untuk anak sekolah yang melibatkan 294 PAUD, 90 SD, 22 Pesantren, dan 13 Madrasah Ibtidaiyah (MI). FOI mendorong sekolah untuk memastikan kecukupan pangan bagi siswa-siswinya agar dapat mengikuti pelajaran dengan lebih optimal. Pangan yang baik di usia dini akan meningkatkan kesehatan tubuh, konsentrasi, menjaga kestabilan emosi, dan mengoptimalkan kerja otak.  Keluarga menjadi gerbang pertama untuk mencegah stunting dan gizi buruk dengan memberikan santapan bergizi bagi anak-anak. Namun seringkali pada praktiknya, anak tidak mendapatkan gizi yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhannya. Hal tersebut terpotret dalam hasil survei Foodbank of Indonesia (2023) di 13 kota/kabupaten yang dipaparkan oleh Dr. Risatianti Kolopaking, M.Si, Psikolog, Dewan Pakar FOI yang juga Dosen Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menemukan bahwa sebanyak 76,4% responden mengalami kerawanan pangan ringan, 18,2% kerawanan pangan sedang, 5,4% termasuk kategori kerawanan pangan berat. Dapat disimpulkan bahwa kerawanan pangan secara keseluruhan adalah 23,6%. “Survei lainnya terkait kebiasaan sarapan pada anak menunjukkan bahwa 1 dari 2 anak ke sekolah dalam keadaan perut kosong. Dengan kata lain, 50% anak tidak sarapan saat ke sekolah. Sebesar 1,3% anak-anak tidak diberikan bekal ke sekolah.  Alih-alih sarapan, 12,2% anak terbiasa diberi uang saku sebesar Rp5.000-Rp10.000 setiap hari untuk membeli jajan di sekolah, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk proses tumbuh kembangnya,” jelas Risa. Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2045. Bonus demografi menjadi peluang bagi Indonesia untuk melaksanakan pembangunan dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Farras Kantias Hady dari Bappenas, Visi Indonesia Emas telah disusun pemerintah melalui empat pilar, yaitu Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Pemerataan Pembangunan, dan Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan. Menurutnya, kesehatan dan perluasan akses pangan telah dirumuskan pula dalam rencana pembangunan Indonesia Emas agar masyarakat mendapat pangan yang bergizi, aman, dan terjangkau serta mandiri pangan termasuk di dalamnya. “Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam hal pembangunan manusia salah satunya dengan mendukung program-program pengelolaan pangan dan pertanian yang juga akan disusun dalam RPJMN 2025-2029” Farras menjelaskan. Ketua Dewan Pakar FOI, Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS. Ph.D. menyatakan bahwa pola konsumsi masyarakat dimulai dari keluarga. Keputusan anak dalam memilih makanan dipengaruhi dari budaya makan keluarga. Di sisi lain, pemerintah turut bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat melalui praktik pemberian bantuan pangan dan program gizi anak sekolah. Sementara, Pendiri FOI, M Hendro Utomo mengatakan bahwa anak yang terbiasa membeli jajan di sekolah cenderung tidak dapat terpenuhi asupan gizinya. Jika berlangsung lama akan berisiko terjangkit penyakit degeneratif atau tidak menular (PTM), seperti jantung koroner, diabetes, stroke, dan lain sebagainya. “Penyakit degeneratif menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan berdampak pada produktivitas seseorang. Negara menanggung biaya penyakit degeneratif masyarakat dan pada tahun 2023 beban biaya tersebut naik hingga 30 triliun” ujar Hendro. Dalam Dialog Media ini, hadir pula para guru PAUD yang telah menjalankan Program Mentari Bangsaku dan menyampaikan pentingnya program ini untuk terus dijalankan bahkan dikembangkan di kemudian hari. Lebih lanjut, Hendro menjelaskan bahwa sekolah dengan kegiatan makan bersama memiliki daya tarik bagi para orang tua untuk memasukan anaknya ke sekolah tersebut. “Penyediaan sarapan atau makan siang untuk anak-anak PAUD sangat penting bagi konsentrasi anak selama menerima pelajaran. Sebesar 44,2% responden merasakan bahwa konsentrasi anak meningkat dan 44% lebih aktif dan energik jika sarapan secara rutin. Asupan pangan dan pola makan menjadi kunci meningkatkan kualitas generasi yang baik,” tutur Hendro Utomo menutup dialog. Keluarga, terutama Ibu sebagai pengambil keputusan terbesar di lingkup keluarga, menjadi kunci untuk mengurangi angka kelaparan pada anak dengan lebih memerhatikan budaya makan dan asupan gizi dalam keluarganya. Sekolah memiliki peran penting dalam mendukung pangan dan gizi yang baik melalui literasi dan intervensi pangan sehingga dapat menekan angka kerawanan pangan pada anak. Melalui dialog ini, diharapkan tumbuh kesadaran dan komitmen untuk mengedukasi masyarakat dan menginspirasi gerakan kolaborasi multi sektor demi masa depan Indonesia yang lebih baik.                                                                                                                                    *** Tentang Foodbank of Indonesia Foodbank of Indonesia merupakan organisasi sosial yang bergerak untuk mengatasi kesenjangan pangan di masyarakat. Dalam praktiknya, FOI menjadi jembatan antara masyarakat yang berlebihan makanan dengan masyarakat yang membutuhkan. Seperti yang tertera pada Pembukaan UUD 1945 alinea 1 dan 2 bahwa bangsa yang merdeka adalah mereka yang berdaulat atas pangannya sendiri dan mampu mengatur untuk membentuk impian masyarakat yang adil dan sejahtera. FOI juga mendukung negara dalam mencapai kedaulatan pangan seperti yang ditargetkan oleh SDG’s (Sustainable Development Goals) nomor 2 yaitu untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi dan mempromosikan

Read More »

[Kolaborasi Nestlé Indonesia bersama FOI : Sarapan Sehat untuk 100 Sekolah dan PAUD di Indonesia]

Jakarta – Nestlé Indonesia berkolaborasi dengan Foodbank of Indonesia untuk mendekatkan akses pangan untuk anak-anak yang membutuhkan dan melakukan penandatanganan kerja sama di kantor pusat Nestlé Indonesia, di Jakarta, Jumat (22/12).  Kelaparan, kurang gizi, dan keadilan pangan adalah permasalahan besar di Indonesia. FOI adalah lembaga sosial yang sudah berdiri selama delapan tahun, berjuang membuka akses pangan bagi masyarakat yang membutuhkan agar mereka mendapatkan hak dasar atas pangan yang baik.  Penandatanganan kerja sama ini dilakukan sebagai komitmen Nestlé Indonesia melalui FOI untuk mendekatkan akses pangan anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) swadaya masyarakat. Program kolaborasi antara Nestlé Indonesia dan FOI dimaksudkan untuk mendukung Kampanye “Dapur Mustikarasa”  yang merupakan salah satu kampanye  FOI untuk memerangi kelaparan dengan mendorong gerakan para ibu untuk mengolah dan menyajikan makanan untuk keluarga. Sejak  tahun 2023 kegiatan ini telah berlangsung di berbagai wilayah di Indonesia.  Sedangkan  “Dapur Mustikarasa” bersama Nestlé akan dilakukan mulai tahun 2024 melalui gerakan sarapan sehat yang mendorong para guru dan orang tua untuk menyediakan, mengolah dan memperkenalkan makanan sehat kepada anak-anak. “Selama lebih dari 50 tahun berdiri di Indonesia, Nestlé berkomitmen untuk menciptakan manfaat bersama bagi individu dan keluarga, masyarakat, dan bumi. Melalui Nestlé Cares, kami bekerja sama dengan pihak internal maupun eksternal untuk membawa manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan. Salah satu mitra kami adalah FOI. Sejak 2020, kami bangga dapat berkontribusi dalam memberikan akses pangan melalui kerja sama bersama FOI kepada masyarakat Indonesia di berbagai wilayah. Kontribusi ini sejalan dengan nilai yang dimiliki Nestlé, yaitu Creating Shared Value (CSV). Melalui CSV, Nestlé turut berkomitmen untuk memberikan manfaat nyata bagi masyarakat melalui produk-produk berkualitas tinggi, inovasi, dan program-program tanggung jawab sosial yang berkelanjutan.” kata Presiden Direktur Nestlé Indonesia, Samer Chedid dalam keterangan pers, Jumat (22/12). Ditambahkan, “Di Nestle, kami percaya bahwa akses terhadap pangan yang sehat dan bergizi adalah hak dasar setiap individu. Kami sangat bangga dapat bekerja sama dengan Foodbank of Indonesia untuk menjangkau lebih banyak lagi masyarakat, terlebih anak-anak Indonesia, yang membutuhkan asupan pangan berkualitas baik dan bergizi.” Tujuan utama dari program ini adalah untuk menciptakan generasi yang lebih sehat dan tangguh untuk masa depan. Program sarapan sehat ini akan dilaksanakan dua kali seminggu selama enam bulan dan menargetkan 100 sekolah. Adapun jumlah produk yang didonasikan yaitu lebih dari 48.000 produk, berupa: susu DANCOW FortiGro, susu steril BEAR BRAND, minuman cokelat MILO UHT, dan berbagai varian sereal sarapan KOKO KRUNCH. Survei FOI pada 2022 mengungkap bahwa 27 persen anak berangkat ke sekolah dengan perut kosong, bahkan angka tersebut mencapai 40-50 persen di daerah padat perkotaan. Oleh karena itu, FOI memiliki fokus utama untuk membuka akses pangan bagi anak-anak sekolah. “Kami ingin menyampaikan apresiasi kepada Nestlé Indonesia yang sejak 2020 telah menjadi mitra strategis kami dalam mewujudkan berkomitmen untuk mengatasi ketimpangan pangan di masyarakat. Dengan komitmen ini, FOI dan Nestlé turut mendukung Indonesia dalam mencapai kedaulatan pangan sebagaimana ditargetkan oleh Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 2, yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai keamanan pangan, meningkatkan gizi dan mempromosikan pertanian berkelanjutan. Kami selalu berfungsi sebagai jembatan antara mereka yang memiliki kelebihan makanan dan mereka yang membutuhkannya. Kami berharap, FOI dan Nestlé terus menjadi mitra strategis untuk selalu dapat memberikan gizi yang terbaik bagi anak-anak hingga masa mendatang,” tutur Co-Founder FOI, Wida Septarina Wijayanti. Terima kasih kepada nestle atas dukungan yang luar biasa selama 3 tahun terakhir. Bantuan dari Nestle ini sangat bermanfaat sebagai upaya pemenuhan nutrisi terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan seperti anak-anak dari PAUD swadaya masyarakat untuk membuat anak-anak menjadi Mentari Bangsa Indonesia dan mewujudkan Indonesia Merdeka 100 % dari rasa lapar. MendorongKemakmuran, Memerangi Kelaparan!

Read More »

Program Sayap dari Ibu, Tingkatkan Gizi Balita di Jawa Barat

“Sejak program Saya Dari Ibu (SADARI) berjalan, terlihat peningkatan gizi pada balita. Ada 3 balita yang sudah lulus dari stunting. Ini merupakan suatu pencapaian bagi kami, semoga melalui program ini semakin banyak balita yang bebas dari stunting.” – Bu Ai Kepala Desa Sukamenak Di Desa Sukamenak banyak ditemukan hasil pertanian, sayuran dan ikan. Tapi sayangnya makanan tersebut tidak sampai dikonsumsi oleh anak-anak. Mereka lebih suka jajan daripada makan masakan ibu. Melihat keadaan itu, perlu adanya edukasi untuk membangun kesadaran pentingnya mengkonsumsi pangan yang baik bersumber dari pangan sekitar. Menurut Manajer Program Anak, Khodijah, peran berbagai mitra seperti Benih Baik, Bank BJB dan Papertech dalam program SADARI sangat penting untuk memastikan program dapat berkelanjutan. Setiap minggunya para ibu mengolah makanan tambahan untuk anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Program ini masih berjalan hingga 6 bulan kedepan. Setiap bulannya akan dipantau status perkembangan gizi balita. “Desa memiliki potensi pangan yang besar untuk menyediakan makanan terbaik bagi anak-anak, terbukti melalui gerakan ini anak-anak dari kelompok rentan secara bertahap bisa menapai gizi yang lebih optimal” jelas Khodijah. @benihbaik@bankbjb #SayapDariIbu#CegahStunting#MendorongKemakmuran#MemerangiKelaparan

Read More »

FOI Sabet 3 Penghargaan dari ISFANEA yang diselenggarakan PERGIZI IPB

Terima kasih atas apresiasi ISFANEA untuk Foodbank of Indonesia (FOI). Pada 24 Juni 2023, FOI mendapatkan 3 Penghargaan dari dua kategori : Leader Innovative : M. Hendro Utomo (Founder FOI), Program Innovative: Kampung Merdeka, Program Innovative: Sadari (Sayap Dari Ibu). Pergerakan FOI secara umum adalah meredistribusi pangan berlebih dari perusahaan, retail, industri horeka, rumah tangga, maupun sumber lain kepada masyarakat rentan yang tak mendapatkan akses pangan yang baik seperti anak-anak, lansia, dan kaum dhuafa. Melalui M. Hendro Utomo, CEO FOI yang sekaligus memperoleh penghargaan Leader Innovative, FOI mendapatkan penghargaan untuk 2 Program FOI yaitu : Program Kampung Merdeka merupakan program yang mendorong pergerakan para ibu dalam upaya membuka akses pangan bagi masyarakat rentan. Program memberikan intervensi makanan secara berkala 1-2 kali seminggu melalui kegiatan makan bersama yang dapat membangun sisi sosial antar sasaran. Edukasi dan pelatihan terkait pangan, gizi, kesehatan, dan reproduksi remaja dilakukan secara berkala untuk mendorong awareness dan meningkatkan pengetahuan pada sasaran. Selanjutnya, Sayap dari Ibu adalah program membantu para ibu membuka akses pangan yang baik dan bergizi bagi anak-anaknya. Program ini dilakukan dengan intervensi pangan kepada anak-anak usia 0-5 tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui, serta pemberian pendidikan dan pendampingan bagi anak, orang tua anak dan pengasuhnya, para kader dan pimpinan pemerintah setempat untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan yang kemudian dapat mempengaruhi perilaku. Sampai saat ini program SADARI telah mendampingi 103 posyandu, 6.066 anak, 399 ibu hamil, 955 ibu menyusui di wilayah Jakarta Selatan, Pandeglang, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, Bontang. Semoga dengan adanya penghargaan untuk FOI, dapat menjadi pengingat untuk terus menolong dan berpihak pada masyarakat yang rentan. Terima kasih para mitra yang senantiasa bergerak bersama mendukung pergerakan dan kerja-kerja FOI #MendorongKemakmuran#MemerangiKelaparan#ISFANEA#PERGIZI

Read More »

Kunjungan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bogor untuk Selamatkan Pangan Berlebih

Mobilitas kota Bogor berkembang sangat pesat, banyak wisatawan yang mencari santap kuliner di kota hujan, membuat potensi kemubaziran pangan kian meningkat. Hal ini membuat DPKP Kota Bogor berencana ingin melakukan kolaborasi bersama FOI yang disinergikan melalui berbagai program FOI untuk mengurangi kemubaziran pangan dan mencapai ketahanan pangan. FOI menyambut kehadiran Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bogor di kantor FOI. Kedatangan ini tentunya menyambut aksi baik dan kolaborasi nyata dalam meningkatkan ketahanan pangan masyarakat. Cerita-cerita baik aksi FOI dalam menolong masyarakat rentan perlu didukung dan selaras dengan langkah DPKP Kota Bogor. Sebelumnya, DPKP Kota Bogor juga telah mendukung Kampanye Dapur Mustikarasa FOI melalui Gerakan Selamatkan Pangan di Balaikota Bogor pada 26 Juni 2023 lalu. Dalam kegiatan ini FOI bersama dengan ICA mengajak masyarakat khususnya para Ibu untuk mengenal dan memasak dengan pangan lokal dan rempah untuk meningkatkan gizi keluarga khususnya anak. Aksi baik ini akan terus dikolaborasikan FOI dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bogor untuk mencapai masyarakat merdeka pangan. #DapurMustikarasa#MendorongKemakmuran#MemerangiKelaparan#KolaborasiFOIDPKP#KotaBogor#CegahFoodwaste

Read More »

Peringati Hari Kebangkitan Nasional, FOI Ajak Ibu Kembali Memasak dalam Pasar Rakyat Mustikarasa

Jakarta, 27 Mei 2023,- Peringati Harkitnas, FOI (Foodbank of Indonesia) gelar Kongres II Jaringan Bank Pangan Indonesia. FOI (Foodbank of Indonesia) gandeng Deputi Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan Badan Pangan Nasional (NFA), berbagai mitra usaha dan perwakilan ibu dari berbagai daerah menyepakati kampanye bersama Dapur Mustikarasa, bertempat di Museum Bahari, Jakarta Utara. Dapur Mustikarasa adalah sebuah gerakan para ibu di seluruh Indonesia untuk memuliakan kembali kegiatan memasak bagi anak dan keluarga menggunakan bahan pangan lokal dan rempah-rempah khas nusantara untuk gizi yang lebih baik. Dalam membangun SDM yang unggul, masa 1000 Hari Pertama Kehidupan menjadi masa yang menentukan. Ketercukupan pangan dan gizi memainkan peran yang penting dalam tumbuh kembang generasi penerus. Namun, upaya ini menghadapi tantangan dengan datangnya badai Covid-19, perubahan iklim, resesi global dan konflik, yang telah memicu 2022 sebagai tahun dengan krisis kelaparan paling rentan dalam sejarah modern (WFP, 2022). Di Indonesia, permasalahan pangan menyebabkan permasalahan gizi buruk pada ibudan anak. Menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting menyentuh angka 21.6%, urutan ketiga setelah Myanmar (35%) dan Vietnam (23%) di wilayah Asia Tenggara. Jika ditelisik, permasalahan kelaparan pada anak di Indonesia dapat disebabkan karena dua hal, yakni tiadanya akses pada pasar karena terbatasnya daya beli terhadap makanan bergizi dan berubahnya preferensi pangan generasi masa kini, dimana membeli makanan lebih dipilih dibandingkan mengolah makanan sendiri dari bahan sekitar. Pergeseran preferensi ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan terhadap sumber pangan dan rempah sekitar dan gaya hidup serba praktis. Dapur Mustikarasa adalah sebuah kampanye yang diinisiasi FOI, melibatkan para ibu dan pegiat kuliner di seluruh Indonesia untuk memerangi kelaparan dan meningkatkan gizi keluarga khususnya dengan mengolah pangan berlebih dari sekitar serta pangan dan rempah yang tumbuh di sekitar. Kampanye ini dilakukan secara kolaboratif bersama multipihak sebagai mitra strategis, diantaranya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Badan Pangan Nasional (NFA), Fakultas Teknologi Pertanian UGM, PT Kaltim Nitrate Indonesia, JNE Express, dan Bank DBS Indonesia. Lenny N. Rosalin, Deputi Bidang Kesetaraan Gender KPPPA mewakili menteri KPPPA, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya peran ibu dalam mencetak generasi berkualitas melalui pangan, “Perempuan yang berdaya adalah kekuatan bagi kemajuan bangsa. Sekitar 49,5% total penduduk Indonesia adalah perempuan. Jumlah ini menunjukan bahwa perempuan adalah setengah dari kekuatan sumber daya manusia (SDM) bangsa ini. Negara membutuhkan perempuan-perempuan yang mandiri dan berdaya untuk meningkatkan kualitas SDM dan keluarga Indonesia. Perempuan menjadi aktor kunci dalam pemenuhan pangan dalam keluarga mulai dari hulu sampai hilir,” tegas Lenny. Ketahanan pangan harus diupayakan semua pihak dengan kolaborasi. Itu pula yang diungkapkan Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) yang diwakili Bapak I Gusti Ketut Iswara, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan mengungkapkan, “Food waste adalah permasalahan yang harus kita selesaikan bersama, karena ada potensi dari pangan berlebih yang kita hasilkan untuk mencapai ketahanan pangan. Selain itu, diversifikasi pangan juga kita dorong dengan memanfaatkan pangan sekitar. Tentu perlu upaya berbagai pihak dalam mewujudkannya.” Pasar Rakyat Mustikarasa menghadirkan forum dialog pangan bersama para pakar dalam Rembuk Mustikarasa, membahas potensi pangan dan rempah Indonesia untuk memerangi kelaparan dan meningkatkan gizi anak dan keluarga. “Biodiversitas Indonesia sangat beragam. Rasa tidak hanya 5 rasa dasar, tapi ratusan lebih yang diantaranya bersumber dari rempah-rempah Indonesia. Setelah 7 tahun pidato Soekarno dalam peletakan batu pertama di IPB tentang pentingnya pangan dalam hidup matinya suatu bangsa, ternyata masih ditemukan kelaparan. Melihat hal ini, Soekarno menyusun buku Mustikarasa untuk mendorong kegiatan memasak.” terang Prof. Ahmad Sulaeman, Guru Besar Pangan dan Gizi IPB. Tak hanya itu, aksi nyata dan upaya-upaya yang dilakukan para praktisi untuk menutrisi anak bangsa dengan potensi pangan sekitar juga turut disuarakan untuk menjadi inspirasi dan ajakan agar lebih banyak pihak berkolaborasi. Head of Sustainability PT Lion Super Indo, Arya Kusumo mengatakan, “Pangan berlebih bisa dimanfaatkan agar hanya terbuang sia-sia. Selama 5 tahun terakhir Super Indo telah berkolaborasi bersama Foodbank of Indonesia dalam menyelamatkan pangan berlebih ini. Dapur Mustikarasa sangat dekat koneksinya dengan apa yang didorong oleh Super Indo kepada konsumen, untuk berbelanja bahan-bahan segar yang baik. Karena komitmen yang sejalan ini, hadir Dapur Bergerak Mustikarasa sebagai sarana edukasi dan dapur pangan bergerak untuk mengajak ibu mengolah makanan.” Di pelataran museum, dibanjiri setidaknya 1000 orang pengunjung, seratusan UMKM hadir menyajikan pangan segar maupun kuliner lokal dan kaya rempah yang menyehatkan dalam Pasar Rakyat. Di tengah berbagai jajanan dan kuliner yang tak sehat, kehadiran UMKM terpilih ini mengajak kita sebagai konsumen untuk memilih makanan yang baik dan sehat, sekaligus melestarikan cita rasa asli Indonesia. Foodbank of Indonesia berharap dengan adanya Pasar Rakyat Mustikarasa sebagai salah satu rangkaian kampanye Dapur Mustikarasa, dapat menarik para ibu untuk kembali memasak bagi keluarga, “Bung Karno bilang, di Indonesia mestinya tak ada kelaparan. Kita punya banyak sumber pangan lokal, rempah-rempah yang melezatkan dan menyehatkan, serta potensi pangan berlebih dari dunia usaha. 2/3 wilayah kita adalah laut yang kaya ikan bergizi tinggi. Kita punya keanekaragaman umbi-umbian paling kaya di dunia. Sayur dan buah lokal tumbuh di seluruh tanah Indonesia yang subur. Gerakan Dapur Mustikarasamengajak para ibu kembali memasak untuk anak dan keluarga dengan potensi tersebut, menyiapkan gizi terbaik, karena memasak itu mulia dan menyenangkan. Ayo rempahkan dapur kita.” ujar Hendro Utomo, pendiri Foodbank of Indonesia.

Read More »

Kolaborasi Foodbank of Indonesia – Kraft Heinz hasilkan #ABCDapurBersamaIbu untuk memberikan kehangatan Ramadhan lewat masakan ibu

Jakarta, 19 Maret 2023, Foodbank of Indonesia Bersama Kraft Heinz Company resmi meluncurkan kegiatan #ABCDapurBersamaIbu yang di hadiri langsung oleh Miguel Patricio selaku Global CEO Kraft Heinz, Steven Debradebere selaku Managing Director Kraft Heinz, dan Frederico F Jardim selaku Asia President Kraft Heinz, dari FOI sendiri dihadiri langsung oleh M.Hendro Utomo selaku Founder & CEO Foodbank of Indonesia dan juga Wida Septarina selaku Co-Founder Foodbank of Indonesia. Rangkaian kegiatan ini juga turut diramaikan oleh moms community dari FOI yang melakukan cooking demo menggunakan rempah-rempah asli berkualitas guna mendukung kampanye FOI dalam Dapur Mustikarasa untuk mengajak kembali para ibu memasak menggunakan rempah-rempah asli Indonesia. “hmmm it smells so good, thank you very much for supporting this activity.” Ucap Miguel Patricio, Global CEO Kraft Heinz. Ini menunjukan keseriusan dan rasa terima kasih Miguel Patricio dalam mendukung penuh kampanye penggunaan rempah untuk ibu dalam memasak Kolaborasi ini akan berlangsung selama periode 23 Maret hingga 19 April 2023 dengan membawa misi untuk merayakan serta memperluas kehangatan cinta ibu bagi sesame, terutama melalui masakan special dari ibu, yang khusus disiapkan untuk menjangkau berbagai kelompok masyarakat rentan disekitar kita. Gerakan #ABCDapurBersamaIbu melibatkan lebih dari 800 relawan ibu dan lainnya melalui 133 dapur komunitas ibu, termasuk 98 dapur bersama dan 35 warteg yang setiap harinya para relawan akan menyiapkan masakan untuk sahur dan berbuka. Pendistribusian makanan akan dilakukan secara terstruktur menggunakan 6 unit food-van di lebih dari 125 titik distribusi di 27 kota tersebar serta 12 provinsi yang ada di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali hingga Sulawesi Surabaya, 8 April 2023, Setelah peluncuran di Jakarta pada 19 Maret 2023 lalu, press conference #ABCDapurBersamaIbu juga telah sukses dilakukan di kota Surabaya, dengan membawa misi yang sama, yaitu merayakan serta memperluas kehangatan cinta ibu bagi sesama melalui masakan spesial dari ibu. Surabaya turut menjadi bagian dari Gerakan ini dengan total mendistribusikan hingga 14.000 paket makanan siap santap melalui pergerakan 10 dapur dengan lebih dari 100 relawan. Ada cerita menarik dari kota Surabaya yang dating dari salah seorang relawan Bernama Ibu Sri yang merupakan relawan aktif Foodbank of Indonesia sejak 2 tahun yang lalu. Beliau ingin turut ikut andil dalam Gerakan #ABCDapurBersamaIbu karena mempunyai harapan agar ketiga anaknya yang merantau juga mendapatkan kehangatan yang sama dengan yang dia berikan ke orang-orang disekitar wilayahnya selama bulan Ramadhan ini. Cerita diatas menunjukan salah satu bukti bahwa pergerakan ibu yang dilakukan untuk kegiatan Dapur Mustikarasa ini memang benar dari cinta dan ketulusan ibu yang dihadirkan melalui gerakan #ABCDapurBersamaIbu di 133 dapur pangan FOI. Yogyakarta, 11 April 2023, Setelah peluncurannya di Jakarta dan Surabaya pada pertengahan Maret dan awal April lalu kini Gerakan #ABCDapurBersamaIbu hadir di Yogyakarta dan sekitarnya, dengan membawa misi yang sama, yakni untuk merayakan serta memperluas kehangatan cinta ibu bagi sesama, terutama cinta yang ditunjukkan melalui masakan spesial dari ibu, yang khusus disiapkan untuk menjangkau berbagai kelompok masyarakat rentan di sekitar kita. Dalam implementasinya di Yogyakarta dan sekitarnya, Gerakan #ABCDapurBersamaIbu melibatkan lebih dari 84 anggota komunitas ibu dan relawan pendukung, yang  akan berkolaborasi dengan 7 dapur komunitas ibu (mom’ community kitchen), untuk membantu memasak dan membagikan 14.000 paket makanan Sahur dan buka puasa melalui 21 titik pendistribusian, mencakup wilayah Yogyakarta, Bantul, dan Sleman. Niken Sekarmelati, Brand Manager Beverage Kraft Heinz Indonesia, menjelaskan: “Gerakan #ABCDapurBersamaIbu terinspirasi dari nilai kehangatan cinta ibu. Di momen Ramadan, peran ibu dalam menyiapkan berbagai hidangan terbaik, dari mulai makan Sahur hingga berbuka puasa bagi keluarga merupakan sebuah bentuk cinta yang nyata. Bahkan, kebesaran cinta ibu ini juga tergambar nyata lewat hadirnya berbagai dapur komunitas relawan ibu di sekitar kita, dimana mereka tidak pernah lelah untuk memberikan waktu dan tenaganya bagi sesama. Melalui Gerakan #ABCDapurBersamaIbu, kami ingin meneruskan inspirasi nilai cinta yang sama menjadi sebuah gerakan kemanusiaan yang lebih luas.” Mewaliki relawan ibu, Susi menambahkan: “Rasanya sangat senang dapat berpartisipasi dalam gerakan #ABCDapurBersamaIbu dengan menggerakan relawan di 7 dapur pangan wilayah Yogyakarta untuk mendistribusikan 14.000 paket makanan sahur dan buka puasa kepada masyarakat yang membutuhkan. Saya berharap gerakan ini dapat mendorong para Ibu di Yogyakarta untuk terus memasak untuk keluarga dan masyarakat sekitar kita.” Secara total nasional, Gerakan #ABCDapurBersamaIbu akan berlangsung selama periode 23 Maret hingga 19 April 2023, mendistribusikan 125.000 paket makanan dengan melibatkan lebih dari 800 relawan ibu dan lainnya melalui 133 dapur komunitas, termasuk di dalamnya 35 warteg, dimana setiap harinya mereka akan menyiapkan masakan Sahur dan buka puasa untuk dibagikan kepada kelompok masyarakat rentan, diantaranya: kaum papa, lansia, hingga keluarga pemulung  di lebih dari 125 titik distribusi di 27 kota yang tersebar di 12 provinsi di Pulau Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan hingga Sulawesi. Pendistribusian makanan akan dilakukan secara terjadwal menggunakan 6 unit mobil pangan (food-van) yang akan beroperasi setiap harinya.       Sebelumnya Selanjutnya

Read More »

Kolaborasi DKPP Bandung-FOI Bantu Pedagang Pasar Tradisional, Upaya Kurangi Sampah Makanan

Bandung, 29 Desember 2022, Foodbank of Indonesia (FOI) menyerahkan bantuan pangan berupa paket sembako untuk 26 pedagang di Pasar Cihapit yang menjadi mitra program Peta Jalan Pangan (PJP). Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Kepala Pasar Cihapit dan Sub Koordinator Bidang Keamanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung sebagai mitra pemerintah FOI dalam menjalankan program PJP. Penyerahan bantuan pangan ini adalah acara simbolis dimulainya program bantuan pangan dan pendampingan dari FOI untuk para pedagang pasar tradisional yang berkomitmen menyediakan dan menjual pangan yang aman di Kota Bandung. Sub Koordinator Bidang Keamanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung, Imam Setiyadi dalam sambutannya mengatakan bahwa hingga sekarang, geliat perekonomian di Pasar Cihapit belum pulih sejak dihantam pandemi. “Hampir semua pedagang merasakan hal yang sama, penjualan dan pendapatan tak sebaik dulu. Saya mengucapkan terima kasih kepada FOI karena bantuan pangan seperti ini tentu bermanfaat untuk para pedagang,” ujarnya. Lebih dari itu, Imam berharap bahwa program Peta JalanPangan juga berlanjut dengan pendampingan yang dibutuhkan pedagang untuk memperlancar bisnisnya, seperti edukasi pemasaran digital. Kepala Pasar Cihapit, Dewi Wulansari mengatakan hal serupa. Yang paling dibutuhkan para pedagang pasar tradisional saat ini yang sebagian bisnisnya menurun akibat pandemi adalah kemampuan untuk memperluas pemasaran mereka. “Dari awal saya sangat mendukung dan mengapresiasi program Peta Jalan Pangan ini, karena tujuannya adalah mendampingi para pedagang untuk mengembangkan bisnisnya,” ujar Dewi. Para pedagang yang datang pada kesempatan itu pun menyambut baik adanya bantuan pangan yang diberikan, “Alhamdulillah, tentunya sangat bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari. Semoga program ini berkelanjutan,” ujar Martin, pedagang daging segar di yang menjadi mitra program Peta Jalan Pangan. Wida Septarina, Ketua Yayasan Lumbung Pangan Indonesia yang menjadi perwakilan FOI, menyerahkan bantuan pangan kepada dua orang perwakilan pedagang Pasar Cihapit. “Melalui program Peta Jalan Pangan, tujuan FOI adalah mendorong kemakmuran dan memerangi kelaparan. Bantuan pangan dan pendampingan adalah upaya mendorong kemakmuran para pedagang, selain itu kami mendorong kelebihan pangan dari pasar didonasikan untuk diolah menjadi makanan yang dibagikan untuk memerangi kelaparan masyarakat rentan,” terangnya. Peta Jalan Pangan (PJP) adalah program bantuan dan pendampingan untuk pedagang pangan segar dan kuliner untuk menyediakan pangan yang ASLI (Alami, Sehat, Lezat dan Istimewa) dan berdaya saing. Dengan penyerahan bantuan pangan yang dilakukan di Pasar Cihapit, harapannya menjadi awal dimulainya program di pasar-pasar tradisional lain di 5 provinsi yang sudah berjejaring dengan FOI, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Tentang Foodbank of Indonesia Foodbank of Indonesia merupakan organisasi sosial yang hadir untuk membantu mengatasi kesenjangan pangan di masyarakat. Dalam praktiknya, FOI menjadi jembatan antara masyarakat yang berlebihan makanan dengan masyarakat yang membutuhkan. Karenanya, FOI mendorong pencegahan kemubaziran pangan (food waste) sekaligus mendorong pemanfaatan pangan berlebih yang berpotensi menjadi food waste untuk mencegah kerawanan pangan serta peningkatan gizi masyarakat. FOI juga mendukung negara dalam mencapai kedaulatan pangan seperti yang ditargetkan oleh SDGs (Sustainable Development Goals) nomor 2 yaitu untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan. Selain itu, FOI juga mendukung tercapainya SDGs nomor 12 yaitu pola produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi :Wida SeptarinaKetua Yayasan Lumbung Pangan Indonesia0811-143-654wida@foodbankindonesia.orgwebsite FOI : www.foodbankindonesia.org

Read More »

Ajak Pemuda Peduli Isu Pangan, FOI dan BEM FISIP UI Selenggarakan Rembug Pangan Orang Muda

Depok, 31 Oktober 2022, Foodbank of Indonesia (FOI) bersama Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (BEM FISIP UI) menggelar Rembug Pangan Orang Muda (RPOM) di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP UI untuk peringati Hari Pangan Sedunia dan Hari Sumpah Pemuda. Diskusi bertema “Kebangkitan Pangan, Kebangkitan Bangsa” ini diikuti lebih dari 60 perwakilan pemimpin organisasi pemuda dan mahasiswa dari berbagai wilayah. Pemantik dialog terdiri dari pakar berbagai disiplin ilmu seperti antropologi, sejarah, pangan dan gizi serta media. RPOM diadakan untuk membuka wawasan dan kesadaran orang muda tentang isu pangan dan potensi beragam sumber pangan yang secara berdaulat dapat diperoleh dari keanekaragaman hayati dan kekayaan laut yang dimiliki Indonesia. Dekan FISIP UI, Prof. Semiarto Aji Purwanto dalam pengantarnya mengatakan bahwa pengetahuan dan perubahan pola pikir yang mempengaruhi perilaku terkait pangan harus mulai dimiliki oleh para pemuda. Menurutnya, penghargaan terhadap petani rendah sehingga minat pemuda terhadap pertanian rendah. “Meskipun usaha kuliner banyak diminati oleh para para pemuda, namun kuliner tersebut justru merupakan kuliner yang memutus rasa lidah pangan lokal, karena didominasi oleh perasa yang tidak alami atau tidak berasal dari sumber pangannya langsung. Makanan pabrikan yang merusak lidah lebih populer dibanding dengan pangan lokal”ujarnya. Moderator RPOM, Dr Hendrajit mempersilakan pemantik diskusi secara bergantian memaparkan pemikirannya. Prof. Arif Satria, yang berhalangan hadir digantikan oleh wakil rektor I IPB University, Prof. Dr Ir Drajat Martianto M.Sc yang menyorot bahwa pangan harusnya fokus pada kesejahteraan manusia, mulai dari petani sampai manusia yang memakannya. Intinya masalah pangan bukan hanya masalah teknis ketersediaan, tapi harus perhatikan kesejahteraan sosial baik dalam produksi, konsumsi, maupun distribusinya. “poinnya, kita harus menantang anak-anak muda untuk berkontribusi dalam persoalan pangan ini dibidang ilmunya masing-masing”tegasnya. Beberapa pakar dan akademisi yang berbagi pemikiran dalam RPOM antara lain Prof. Yunita Triwardani Winarto (Guru Besar Antropologi UI), JJ Rizal (Sejarawan), Fadly Rahman, MA (Food Historian), Prof. Ahmad Sulaeman (Guru Besar Pangan dan Gizi IPB), Prof. Eni Harmayani (Dekan FTP UGM), dan Ahmad Arif (Wartawan Kompas). Masing-masing menyampaikan gagasan mengenai potensi pangan dan orang muda dalam mencapai kebangkitan Indonesia di masa depan. JJ Rizal, mengatakan, bila berbicara tentang sumpah pemuda dan ketahanan pangan, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan yaitu langkah radikal dalam mengatasi masalah pangan, keragaman, dan kesetaraan. “Masalah pangan kita adalah masalah yang akut, sehingga pembahasannya harus keluar dari sebatas diskusi biasa, butuh radikalisme untuk mengatasinya. Kita punya modal pengetahuan yang cukup, tapi bagaimana pengetahuan itu diwujudkan dalam kebijakan lebih penting,” tegas JJ Rizal. M Hendro Utomo, pendiri Foodbank of Indonesia menjelaskan bahwa RPOM ini adalah dialog orang muda yang dimaksudkan sebagai pra kongres. Kongres Orang Muda sendiri akan dilaksanakan pada tahun depan dengan melibatkan pemimpun muda dari berbagai provinsi di Indonesia. Menurut Hendro, Indonesia memiliki modal besar dalam menuju kebangkitan Indonesia, yaitu pangan dan orang muda. “Persaingan geopolitik yang terjadi sekarang menegaskan tiga hal yang penting untuk dikuasai yaitu teknologi, energi, dan pangan. Kita tidak punya sumber energi dan teknologi yang unggul, tapi seluruh wilayah nusantara adalah penghasil pangan yang beragam. Ironisnya, 3.1 juta gandum diimpor dari Ukraina. Anak-anak muda harus jadi pelopor supaya Indonesia dapat mencapai kemandirian dan ketahanan pangan” tambah Hendro. Rembug Pangan Orang Muda ini harapannya menjadi forum awal untuk menghimpun perspektif awal pemuda mengenai pangan. Setelah meninggalkan RPOM, peserta diharapkan punya kesadaran baru dan kegelisahan bahwa masalah pangan adalah masalah multi perspektif yang harus diselesaikan bersama-sama. RPOM juga didukung oleh Frisian Flag Indonesia, JNE Express, Hokben, AQUA, dan ABC President. Tentang Foodbank of Indonesia Foodbank of Indonesia merupakan organisasi sosial yang hadir untuk membantu mengatasi kesenjangan pangan di masyarakat. Dalam praktiknya, FOI menjadi jembatan antara masyarakat yang berlebihan makanan dengan masyarakat yang membutuhkan. Karenanya, FOI mendorong pencegahan kemubaziran pangan (food waste) sekaligus mendorong pemanfaatan pangan berlebih yang berpotensi menjadi food waste untuk mencegah kerawanan pangan serta peningkatan gizi masyarakat. FOI juga mendukung negara dalam mencapai kedaulatan pangan seperti yang ditargetkan oleh SDGs (Sustainable Development Goals) nomor 2 yaitu untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan. Selain itu, FOI juga mendukung tercapainya SDGs nomor 12 yaitu pola produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi :Wida SeptarinaKetua Yayasan Lumbung Pangan Indonesia0811-143-654wida@foodbankindonesia.orgwebsite FOI : www.foodbankindonesia.org

Read More »

Pelajari Praktik Baik Bank Pangan, Delegasi Regional Technical Workshop on Food Loss and Waste (FLW) G20 Kunjungi FOI Yogyakarta

Yogyakarta, 6 Oktober 2022, Foodbank of Indonesia (FOI) Yogyakarta menjadi salah satu tujuan field trip para peserta Regional Technical Workshop on Food Loss and Waste (FLW) G20 yang diadakan oleh Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Thunen Institute sebagai organisator isu food loss dan food waste dalam presidensi G20. Kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari praktik pengelolaan potensi food waste yang telah dilakukan oleh Foodbank of Indonesia sebagai bank pangan di Yogyakarta. Dihadiri oleh peserta perwakilan dari 9 negara ASEAN, field trip dilakukan dengan kunjungan ke gudang penyimpanan dan pemilahan makanan dan kunjungan kepada mitra penerima manfaat FOI, yaitu TK Negeri 3 dan Posyandu Sunthi untuk menyaksikan distribusi makanan kepada balita, anak-anak, dan lansia. Pengurangan food waste menjadi perhatian serius Indonesia dan negara-negara di dunia sesuai komitmen dalam Sustainable Development Goals (SDGs) ke-12 poin ke-3. Negara-negara di dunia diharapkan dapat mengurangi 50% food waste per kapita di tingkat retail dan konsumen pada tahun 2030. Upaya pengurangan food waste telah sejalan dengan arahan Presiden RI, sebagai bentuk antisipasi menghadapi krisis pangan, krisis energi dan krisis keuangan yang melanda dunia internasional saat ini. Menurut kajian Bappenas, food loss and waste (FLW) di Indonesia pada tahun 2000-2019 berkisar 23-48 juta ton/tahun, setara dengan 115–184 kg/kapita/tahun. Hal tersebut berdampak pada kerugian ekonomi sebesar Rp 213-551 triliun per tahun. Potensi FLW tersebut dapat disalurkan untuk memberi makan 61-125 juta orang atau 29-47% populasi Indonesia. Bank pangan sebagai lembaga masyarakat memiliki peran penting dalam menjembatani makanan berlebih yang berpotensi menjadi food waste untuk diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Dalam operasinya, bank pangan akan mengumpulkan, memilah, mengolah, dan mendistribusikan makanan berlebih kepada para penerima manfaat sehingga dapat menekan kemubaziran pangan sekaligus mengatasi kerawanan pangan. Foodbank of Indonesia (FOI) sebagai lembaga bank makanan bergerak di akar rumput, membantu lebih dari 40.422 anak-anak melalui 1.044 lembaga PAUD, SD, dan Posyandu. FOI juga bergerak menolong lansia, ibu hamil, ibu menyusui serta daerah yang tertimpa bencana. Pergerakan ini dilakukan FOI secara kolaboratif di 43 kota/kabupaten bersama dengan berbagai pihak, seperti JNE Express, yang turut membantu menjangkau lebih banyak penerima manfaat. Foodbank of Indonesia di Yogyakarta merupakan salah satu bank pangan daerah yang telah beroperasi sejak tahun 2017 untuk menyelamatkan makanan berlebih bekerja sama dengan berbagai pihak. FOI menyampaikan bahwa bank pangan memiliki peran penting untuk mengatasi kerawanan pangan dan gizi. “Bank pangan yang dipelopori perempuan bisa menjadi solusi mengatasi kerawanan pangan dan gizi. FOI mendorong terbentuknya jaringan bank pangan hingga tingkat kecamatan yang menyimpan pangan lebihan industri dan keluarga serta dari sumber-sumber sekitar komunitas masyarakat. Sampah makanan bernilai 330 triliun yang kita hasilkan selama ini, dapat digunakan untuk mengatasi kerawanan pangan dan gizi melalui bank pangan di seluruh pelosok Indonesia,” M. Hendro Utomo, Founder FOI. Pihak swasta atau dunia bisnis juga berperan penting dalam upaya mengurangi kemubaziran pangan dan memerangi kelaparan.  Sejak Tahun 2018, FOI berkolaborasi dengan PT Lion Super Indo sebagai perusahaan ritel dan JNE Express sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pengiriman dan logistik dalam mengurangi kemubaziran pangan. Selama 32 tahun JNE hadir dengan semangat berbagi sesuai prinsip pendiri JNE, Alm. H. Soeprapto Soeparno yaitu Berbagi, Memberi, dan Menyantuni. Distribusi bantuan pangan ini merupakan bentuk komitmen JNE untuk terus memberikan pelayanan yang baik untuk masyarakat sehingga JNE akan selalu dapat menghantarkan kebahagiaan ke seluruh Indonesia, sesuai tagline “Connecting Happiness”. JNE telah membantu menyelamatkan dan mengantarkan makanan kepada orang-orang yang mengalami kelaparan. “Sejak berkolaborasi dengan FOI selama 2018 hingga 2022, JNE telah berhasil menyelamatkan lebih dari 591 ton makanan berlebih di seluruh Indonesia. Sesuai tagline JNE Connecting Happiness, JNE berharap akan terus mengantarkan makanan berlebih dari retail untuk masyarakat yang membutuhkan, yaitu anak-anak dan lansia,” ujar Kurnia Nugraha, Head of Media Relations JNE Express. Selama lebih dari 4 tahun, PT Lion Super Indo telah mempraktikkan pencegahan kemubaziran pangan dengan mendonasikan makanan berlebih kepada FOI untuk mengurangi kelaparan dan menekan krisis iklim. Super Indo terus berkomitmen untuk mencapai bisnis berkelanjutan yang bertanggung jawab. “Sebagai jaringan supermarket nasional terkemuka di Indonesia, Super Indo berkomitmen untuk menjalankan kegiatan bisnis dan operasional dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, salah satunya adalah bagaimana kami menangani sampah makanan yang timbul dari kegiatan operasional. Kerjasama Super Indo dengan Foodbank of Indonesia telah berjalan dari tahun 2018 dimana kami mendonasikan produk makanan berlebih di gerai yang masih layak dikonsumsi untuk kemudian dijadikan bahan pangan di dapur pangan Foodbank of Indonesia. Dari awal kolaborasi, kami telah berhasil menyelamatkan dan mendonasikan kurang lebih 632 ton. Tentunya kami tidak akan berhenti sampai di sini, kami akan berjalan bersama FOI untuk terus memberikan akses pangan yang baik dan layak bagi masyarakat yang  membutuhkan,” ujar Yuvlinda Susanta, General Manager of Corporate Affairs & Sustainability PT Lion Super Indo. Tentang Foodbank of Indonesia Foodbank of Indonesia merupakan organisasi sosial yang hadir untuk membantu mengatasi kesenjangan pangan di masyarakat. Dalam praktiknya, FOI menjadi jembatan antara masyarakat yang berlebihan makanan dengan masyarakat yang membutuhkan. Karenanya, FOI mendorong pencegahan kemubaziran pangan (food waste) sekaligus mendorong pemanfaatan pangan berlebih yang berpotensi menjadi food waste untuk mencegah kerawanan pangan serta peningkatan gizi masyarakat. FOI juga mendukung negara dalam mencapai kedaulatan pangan seperti yang ditargetkan oleh SDGs (Sustainable Development Goals) nomor 2 yaitu untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan. Selain itu, FOI juga mendukung tercapainya SDGs nomor 12 yaitu pola produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi :Wida SeptarinaKetua Yayasan Lumbung Pangan Indonesia0811-143-654wida@foodbankindonesia.orgwebsite FOI : www.foodbankindonesia.org

Read More »